Senin, 25 Februari 2013

RAAF Dalam Perang Korea


Pada hari minggu bulan Juni 1950 menjadi hari yang kelam bagi bangsa Korea. Tanpa pernyataan perang, Korea Utara menyeberang garis paralel 38 dan menginvasi Korea Selatan.
Perang Korea pun dimulai. Dunia pun terkejut dan pernyataan perang pun dikumandangkan oleh Sekjen PBB Trygve Lie di New York. Presiden Truman dari Amerika Serikat menunjuk Jendral Douglas MacArthur sebagai pimpinan semua tentara di Korea. Perintah pertama dari jenderal ini adalah menghancurkan semua pangkalan udara Korea Utara di atas garis paralel.

Jenderal tua ini sangat yakin jika udara berhasil dikuasai maka jalannya peperangan bisa dikontrol. Tapi pada saat perintah itu turun, AS hanya mempunyai pembom B-29 di Okinawa untuk mengebom dan tidak mempunyai pesawat serang darat jarak jauh. MacArthur langsung mengontak koleganya dari Australia, Jenderal Robertson, yang merupakan komandan British Commonwealth Occupational Forces di Jepang dan meminta Skadron 77 RAAF untuk menyerang pangkalan Korut. Skadron 77 RAAF merupakan satu-satunya skadron Mustang di Timur Jauh dan langsung siap untuk perintah serang.

Pada 30 Juni 1950, Perdana Menteri Menzies dan kabinetnya mengabulkan permintaan tersebut dan Australia pun ikut serta dalam Perang Korea. Skadron 77 berpangkalan di pangkalan Iwakuni, Jepang atau 200 km dari Korsel. Skadron ini dipimpin oleh Wing Commander Lou Spence pun langsung menyiapkan operasi dan menyiagakan pilot-pilotnya. Pada 1 Juli, perintah dari Australia tiba dan Skadron 77 ditempatkan di bawah 5th Air Force. Skadron 77 pada awal perang berkekuatan 26 Mustang dan 25 pilot. Pada keesokan harinya atau delapan hari setelah Perang Korea dimulai, skadron ini langsung melaksanakan tiga misi tempur sekaligus. Pada hari itu, empat Mustang dikirim untuk melindungi C-47 Dakota terbang dari Taejon, delapan Mustang mengawal 17 B-26 Invader ke Pusan, dan enam Mustang mengawal 9 B-29 Superfortress ke Yonpo yang merupakan pangkalan Ilyusin Korea Utara. Total hari pertama operasi, 16 sorti tempur dilaksanakan oleh Skadron 77.

Setelah Pyongyang dan Chinnampo diserang, PBB mulai beralih pada serangan ke darat dan membantu pasukan darat. Supremasi udara berhasil diraih oleh PBB dan memungkinkan menyerang posisi target musuh dimana saja di Korea. Skadron 77 pun mendapat tugas serangan darat dan misi pertama mereka berakhir dengan insiden friendly fire dimana skadron ini menghancurkan kereta amunisi logistik milik Korea Selatan di Pyongtaek. Pada 6 Juli, tiga Mustang dikirim untuk menyerang jembatan dengan dipertahankan oleh pasukan antipesawat Korut di Pyongtaek lagi dan berakhir memuaskan.

Pada hari yang sama, Spence mengirim satu flight pesawat Mustang sebagai fighter escort bagi B-26 dari Grup Pengebom Ketiga ke Seoul. Misi-misi terus berdatangan dan Skadron 77 mengakhirinya dengan keberhasilan. Korban pun mulai berjatuhan, Squadron Leader Graham Strout dari Adelaide menjadi pilot pertama RAAF dan Commonwealth yang gugur. Strout yang merupakan pilot senior kedua di skadron dan gugur saat memimpin empat Mustang dalam serangan darat di timur Korea.

Pada saat perang Korea dimulai, Skadron 77 dalam tahap transfer pulang ke Australia sehingga kekurangan pilot dan kru darat sehingga Jenderal Robertson meminta bantuan langsung ke pemerintah Australia. Sebanyak 12 Pilot bantuan pun tiba dari Australia dan semuanya merupakan veteran PD II berpengalaman bersama dengan 28 kru darat. Bantuan ground crews sangat berarti untuk mengurangi beban para ground staff yang harus bekerja 20 jam sehari untuk menyiapkan Mustang.

Diambang kemenangan
            Tentara Korea Utara terus menekan dan setelah Choniwon jatuh, mereka mengepung Taejon yang merupakan ibukota sementara Korea Selatan. Korea Utara harus melewati Sungai Kum yang merupakan halangan alam terakhir sebelum memasuki Taejon. Sayangnya dominansi mereka di perang darat tidak diimbangi dengan dominansi udara. Pada tanggal 12 Juli, empat Mustang dikirim Spence dan menghancurkan delapan tank Korut serta dilanjutkan dengan serangan ke jembatan di atas Sungai Kum di kota Kongju dimana skadron berhasil menghancurkan dua perahu penuh pasukan Korut dari Divisi 3 AD Korut. Serangan-serangan ke jembatan berhasil menghambat pergerakan pasukan Korut dan memberikan waktu bagi Divisi 24 AD AS yang nyaris hancur untuk menyiapkan pertahanan.

Di timur kota Taejon terletak kota Yongdong yang dipertahankan oleh Divisi Kavaleri 1 AD AS yang juga mempunyai kekuatan yang minim. Skadron 77 diperintahkan untuk melindungi perimeter pertahanan itu dan menggunakan napalm untuk diarahkan ke posisi tentara Korut. Tetapi dalam serangan besar-besaran pada 23 Juli, tentara Korea Utara berhasil merebut Taejon dan memukul mundur Divisi 24 ke Yondong dan disusul perintah penarikan mundur dua Divisi AD AS tersebut dari wilayah Taejon/Yongdong. Spence memerintahkan empat Mustang dan disusul kembali oleh enam Mustang untuk melindungi penarikan mundur itu ke wilayah pertahanan Pusan perimeter dekat sungai Naktong untuk konsolidasi.

Hanya dalam waktu delapan minggu setelah peperangan dimulai, tentara Korea Utara berhasil hampir menguasai seluruh wilayah Korea Selatan dan mengepung kota pelabuhan vital Pusan. Dari awal perang hingga Agustus 1950, Skadron 77 sudah melakukan 812 sorti serangan ke Korea Utara dengan hasil menghancurkan 182 truk, 30 kendaraan lainnya, empat lokomotif kereta, 13 penimbunan amunisi dan bahan bakar serta 35 tank. Penghargaan Legion of Merit diberikan oleh Wing Commander Louis Spence oleh General Stratemeyer, komandan AU AS di Timur Jauh.

Sayangnya tiga minggu kemudian pada 9 September 1950, Spence yang memimpin empat Mustang terbang misi ke Angang-ni tidak kembali ke pangkalan. Spence gugur dan menjadi pukulan telak bagi skadron, RAAF, dan Australia. Squadron Leader Richard Cresswell diangkat mengantikan Spence dan kebetulan Cresswell pernah memimpin skadron ini pada Perang Dunia II. Dalam seminggu setelah pelantikan, komandan baru ini langsung memimpin 11 misi tempur. Cresswell bersama Skadron 77 langsung memainkan peran vital mereka dan menyumbang 30% dari semua kekuatan udara PBB dalam mempertahankan Pusan Perimeter. Sebanyak empat flight pesawat Mustang dikirim setiap hari meskipun terjadi kemacetan besar di pangkalan Iwakuni karena semua pesawat-pesawat dari skadron-skadron USAF dan USN juga ditempatkan di sana.



Penggunaan kekuatan udara besar-besaran ini dipilih MacArthur untuk memberikan waktu bagi pasukan darat PBB berkonsolidasi dan membangun ulang kekuatan. Bahkan pada serangan ke Pyongyang pada 20 Oktober oleh AU PBB, 18 Mustang membantu “membersihkan” pangkalan AU Korut. Permasalahan yang dihadapi Skadron 77 di teater Korea adalah kurangnya peta navigasi. Flight leader harus membawa 32 peta yang ditempatkan di tas khusus untuk menentukan detail-detail dan lokasi target.

Cuaca yang buruk selalu menjadi penghalang terbesar yang membuat navigasi secara visual menjadi susah. Medan Korea sangat berat dengan rata-rata perbukitan ditambah seringnya hujan badai pada musim panas dan temperatur beku serta salju tebal pada musim dingin. Dikarenakan banyak sekali pesawat yang ditempatkan di Iwakuni dan di Taegu (pangkalan transit) membuat bahan bakar menjadi masalah vital lainnya. Kru darat dari skadron-skadron bersepakat dan mengoperasikan sistem “Cab Rank” dengan sistem antrian dalam pengisian bahan bakar, mempersenjatai dan membentuk flight

Yonpo–China Offensive
Dengan bergeraknya fron depan ke arah utara, Skadron 77 dipindahkan dari pangkalan Iwakuni ke Pohang di Tenggara Korea. Pemindahan ini mengurangi perjalanan Mustang sejauh 500 mil laut. Di pangkalan tersebut, Skadron 77 digabungkan dengan 35th Fighter Interceptor Group bersama dua skadron Mustang USAF lainnya yaitu Skadron 39 dan Skadron 40. Saat Cina turun ke teater Korea, AU PBB diperkuat oleh delapan skadron Mustang (satu Australia, enam Amerika Serikat dan satu Afrika Selatan). Dari pangkalan tersebut, Skadron 77 pada 5 November 1950 diarahkan air support controller untuk mendukung pasukan darat Australia dari 3 RAR di pertempuran Pakchon.

Peristiwa itu merupakan yang pertama kali skadron tempur RAAF mendukung pasukan darat Australia di Korea sehingga ada perasaan puas dan senang bisa mendukung pasukan sendiri. Pada 19 November, Skadron 77 pindah ke Yonpo dimana pada hari pertama langsung mendapat perintah mendukung Divisi 24 AD AS di Chongju di perbatasan Manchuria. Beberapa hari kemudian, Skadron 77 dengan dua skadron Mustang lainnya menyerang Mabes Korut di pantai timur Korea. November merupakan bulan yang sangat berat bagi PBB dimana semua fron pasukan terpukul mundur. Divisi 1 Marinir bersama Royal Marine Commando bahkan terkepung 12 divisi China pimpinan Jenderal Sung di Chosin Reservoir. (Alexsandro Aji Surya Utama)

Sumber : Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar